WARTAAGRIBISNIS.COM – Jangan bilang limbah kalau belum lihat cerita ini. Kulit singkong yang selama ini cuma numpuk di pinggir kebun atau jadi pakan ternak, kini resmi jadi bahan baku “emas” bagi pelaku UMKM di Cimenyan.
Berkat hibah Program Kemitraan Masyarakat (PKM) Kemdiktisaintek 2025, tim dosen dan mahasiswa dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) serta Fakultas Teknik Universitas Islam Bandung (Unisba) sukses mengubah kulit singkong menjadi tepung pangan fungsional tinggi serat, rendah indeks glikemik, dan 100 persen alami — produk yang sedang diburu pasar makanan sehat.
“Kami tidak ingin Cimenyan hanya dikenal sebagai produsen singkong, tapi juga sebagai pionir superfood lokal,” tegas Dr. Diamonalisa Sofianty, SE, ketua tim pengabdian. “Setiap hari ada ton kulit singkong yang terbuang. Padahal kalau diolah dengan teknik yang tepat, ini bisa jadi tepung premium yang nilai jualnya jauh lebih tinggi dan bahan bakunya gratis!”
Dalam pelatihan yang berlangsung penuh semangat, peserta UMKM diajarkan full cycle meliputi detoksifikasi kulit singkong agar aman dikonsumsi manusia, pengeringan cepat & higienis dengan alat buatan tim Teknik Unisba, penggilingan jadi tepung super halus, formulasi produk kekinian: keripik kulit singkong low-calorie, brownies tinggi serat, energy ball, hingga tepung alternatif gluten-free, dan kelas bisnis dari FEB: branding, kemasan aesthetic, content media sosial, sampai cara masuk marketplace dan kafe premium.
“Dulu kulitnya dibayar orang buat dibuang, sekarang malah jadi produk baru yang paling laris. Pembeli bilang lebih sehat, saya bilang lebih untung!” ungkap seorang peserta.
Sebelum pulang, semua peserta sepakat langkah lanjutan, yakni pendampingan sampai produk dapat izin P-IRT, bentuk kelompok usaha bersama, dan launching prototipe produk dalam kemasan siap jual.
Inovasi zero waste ini bukan sekadar mengurangi sampah — tapi benar-benar menciptakan ekonomi baru berbasis limbah. Dari yang tadinya “buang-buang”, kini UMKM Cimenyan punya bahan baku gratis, produk lebih beragam, margin lebih tebal, dan pasar yang jauh lebih luas.
Kulit singkong bukan lagi sampah. Di Cimenyan, ia sudah jadi simbol bahwa peluang terbesar sering kali tersembunyi di tempat yang selama ini kita abaikan.(ask/png)







