WARTAAGRIBISNIS.COM – Setelah berhasil mengadakan tahap sosialisasi kepada warga Desa Kiarasari, Kecamatan Compreng, Kabupaten Subang, Tim Mahasiswa Berdampak BEM Universitas Islam Bandung (Unisba) kini memasuki fase aksi awal dalam program pengelolaan sampah berbasis lingkungan berkelanjutan, Selasa (11/11). Tahap ini menjadi titik awal pelaksanaan praktik langsung antara mahasiswa dan masyarakat dalam mengolah sampah dapur serta dedaunan agar memberikan manfaat ekologis.
Kegiatan diawali dengan pemaparan materi oleh Dr. Ir. M. Satori, M.T., IPU, yang menjelaskan pentingnya pengelolaan sampah organik dan penerapan teknologi sederhana sebagai bagian dari rutinitas harian.
Dalam penyampaiannya, Satori menegaskan bahwa pengelolaan sampah bukan hanya tanggung jawab perseorangan, melainkan memerlukan kerja sama antara ilmu pengetahuan, teknologi, dan kepedulian sosial. Pesan tersebut menjadi dorongan utama bagi mahasiswa untuk terlibat langsung bersama masyarakat dalam tahap praktik.
Tahap aksi dimulai dengan pemilahan sampah dapur dan dedaunan kering, yang kemudian dicacah menjadi bagian kecil agar lebih mudah terurai. Cacahan ini dimasukkan ke dalam bata terawang sebagai media dekomposisi alami.
Selanjutnya, tim menyiramkan campuran larutan EM4 dan gula fermentasi 24 jam, yang berfungsi sebagai aktivator alami untuk mempercepat proses penguraian sekaligus mengurangi bau. Sampah organik tambahan seperti kulit buah dan sisa sayuran juga dimasukkan untuk mengoptimalkan fermentasi.
“Melalui kegiatan ini, kami ingin meningkatkan kualitas hidup dari hal-hal yang ada di sekitar kita. Di wilayah Compreng sendiri terdapat sampah pertanian dan sampah rumah tangga yang memerlukan penanganan serius,” ujar Dimas Zhafir, Ketua Tim Mahasiswa Berdampak.
Sebagai bagian dari program berkelanjutan, tim juga melakukan penanaman Kacang Sacha Inchi di lahan percobaan. Tanaman bernilai ekonomi tinggi ini memiliki manfaat ekologis, seperti memperbaiki struktur tanah dan menyerap karbondioksida. Selain itu, budidaya Sacha Inchi oleh kelompok petani lokal diharapkan dapat menyediakan sumber pangan bergizi sehingga mampu membantu upaya penanggulangan stunting.
Dengan sinergi antara mahasiswa, warga, dan para ahli, kegiatan ini diharapkan menjadi contoh konkret bahwa pendidikan dapat berjalan berdampingan dengan aksi lapangan untuk menciptakan lingkungan yang lebih bersih, produktif, dan berkelanjutan.
Tahap berikutnya akan difokuskan pada pemantauan proses penguraian di dalam bata terawang serta perawatan tanaman Sacha Inchi agar tumbuh optimal dan memberi manfaat jangka panjang. (askur/png)







