JAKARTA, AGRIBISNIS.COM — Sahat M Panggabean, Kepala Badan Karantina Indonesia (Barantin) menyebutkan seiring dengan laju perdagangan bebas, kemajuan teknokogi digital dan perluasan konektivitas, termasuk menyiapkan layanan isolasi dengan basis manajemen pra-perbatasan.
Hal ini disampaikan Sahat saat bertemu dengan perwakilan negara mitra dagang, kementerian dan lembaga terkait pada hari Jumat (20/10) di Jakarta.
“Penerapan layanan karantina seperti ini telah dilakukan di negara yang sudah maju,” kata Sahat.
Ia menjelaskan yang dimaksud dengan manajemen pre-border adalah tindakan mitigasi risiko yang dilakukan di negara asal sehingga dapat lebih efisien dan mempercepat arus ekspor dan impor. Selain itu, ditambahkan dalam konteks manajemen pra-perbatasan ini, diterapkan pertukaran data seperti sertifikasi elektronik, pemberitahuan sebelumnya, laboratorium registrasi dan lainnya.
“Dengan percepatan ini diharapkan dapat menekan biaya dan waktu pada proses bisnis layanan karantina di perbatasan, yang pada akhirnya dapat berdampak pada peningkatan daya saing,” jelas Sahat.
Sebagai informasi, pemerintah melalui Peraturan Presiden No. 45 Tahun 2023 tentang Badan Karantina Indonesia telah mengintegrasikan karantina pertanian, ikan dan konservasi sumber daya alam yang semula berada di bawah sejumlah kementerian menjadi satu lembaga yang langsung bertanggung jawab pada Presiden RI. Peleburan ini bertujuan untuk mempercepat proses ekspor-impor sekaligus memperkuat lembaga dalam negosiasi karantina posisi lintas negara.
Badan karantina yang mandiri atau tidak berada di bawah Kementerian merupakan praktik yang lazim di sejumlah negara. Kehadiran perpres ini menunjukkan komitmen pemerintah dalam menegakkan sistem kekarantinaan di tanah air.
“Indonesia dengan sumber daya alam hayati terbesar ke-2 setelah Brazil, diperlukan kesungguhan kita bersama dalam menjaganya. Untuk itu kami menyambut baik berdirinya Badan Karantina Indonesia,” kata Arief Prasetyo Adi, Plt Menteri Pertanian yang berkesempatan hadir.
Guna mempercepat arus barang juga, Badan Karantina yang berada di pintu-pintu Pemasukan dan pengeluaran telah menyiapkan layanan secara digital. Penyatuan sistem layanan IQFAST dan Sisterkaroline menjadi satu sistem layanan digital yang terintegrasi.
Hal ini tentunya dapat berdampak pada meningkatnya daya saing produk pertanian dan perikanan dengan menurunkan biaya logistik. Selain memberikan kemudahan bagi pelaku usaha, layanan karantina ini dapat mewujudkan sistem biosekuriti nasional.
“Saya berharap penerapan layanan kami ini dapat memberikan kontribusi yang besar dari sektor pertanian dan perikanan terhadap perekonomian kita,” pungkas Sahat.(nor)