Menteri Pertanian Amran Sulaiman baru saja meresmikan peluncuran benih unggul dalam program BUN (Bibit Unggul Nasional) 500 di Desa Sido Mulyo, Kecamatan Buah Batu, Palangkaraya.
Dalam peluncuran, Amran menyebutkan jika ekspor perkebunan Indonesia saat ini melonjak signifikan.
Dulu, ekspor perkebunan hanya berkisar 300 ribu ton per tahun. Namun karena optimalisasi yang sudah dilakukan Kementan, ekspor naik menjadi 2,4 juta ton atau sekitar 800 persen per tahun.
“Per tahun ekspor perkebunan naik jadi 2,4 juta ton pertahun dari yang awalnya 300 ribu ton. Menurut data BPS, secara keseluruhan ekspor naik dari 33 juta ton (4 tahun lalu), menjadi 42,5 juta ton pada 2018, meningkat 9 juta ton,” ujar Amran di Palangkaraya, Kamis (18/7/2019).
Amran menambahkan, nilai peningkatan ekspor mencapai Rp 352 triliun. Secara akumulasi, peningkatan ekspor perkebunan menyentuh angka Rp 1.900 hingga Rp 2.000 triliun.
Peluncuran program BUN 500 dimaksudkan untuk mendorong pertumbuhan ekspor perkebunan lebih tinggi lagi. Menteri Pertanian ingin mengembalikan kejayaan komoditas rempah yang pernah terjadi di Indonesia ratusan tahun yang lalu.
Sementara, anggaran untuk program BUN 500, disebutkan Arman, ialah sebesar Rp 5,5 triliun. Gagasan program ini telah dimulai dari 3 tahun lalu dan tengah digencarkan sekarang.
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementerian Pertanian fokus pada optimalisasi pemanfaatan sumber air. Selain untuk antisipasi kekeringan, tujuannya untuk meningkatkan intensitas pertanaman (IP).
Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Sarwo Edhy mengatakan, khusus untuk kegiatan air irigasi, bila ada daerah yang memiliki potensi sumber air agar mengajukan kegiatan irigasi.
“Bila lokasi sumber air cukup jauh dari lahan, bisa mengajukan kegiatan pipanisasi. Bahkan kalau perlu pompa air akan disiapkan,” ujar Sarwo Edhy, Selasa (16/7).
Untuk menjamin ketersediaan air irigasi, Kementan bekerja sama dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat terkait pembangunan bendungan, DAM, jaringan irigasi primer dan sekunder serta melakukan normalisasi sungai, serta pembangunan irigasi tersier.
Sedangkan untuk penyediaan air irigasi secara berkelanjutan, Kementan juga turut bekerja sama dengan Kementerian Desa dan PDT dalam pembangunan embung di seluruh Indonesia.
“Sumber air ini nantinya dapat meningkatkan jumlah produksi lahan dua kali lipat. Artinya diupayakan tidak ada paceklik,” ujarnya.
Untuk 2019, Kementan menganggarkan rehabilitasi jaringan irigasi tersier seluas 67.037 hektar. Sementara, lrigasi Perpompaan yang dilakukan Kementan untuk 2019 sebanyak 467 unit. lrigasi Perpipaan 138 unit, Pembangunan Embung/Dam Parit/Long Storage sebanyak 400 unit dan Cetak Sawah seluas 6.000 Ha.
Selain itu, Kementan juga akan mengantisipasi musim kemarau tahun ini melalui beberapa upaya. Di antaranya menyebarluaskan informasi Prakiraan Iklim Musim Kemarau Tahun 2019 dan peningkatan kewaspadaan terhadap kekeringan kepada seluruh Gubernur dan Dinas Provinsi terkait.
Upaya lain terkait antisipasi musim kemarau, Kementan sejak tahun 2016 memberikan jaminan asuransi terhadap petani melalui Program Asuransi Usaha Tani (AUT).
“Jika terjadi gagal panen atau puso baik akibat serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT), banjir maupun kekeringan petani mendapatkan ganti rugi Rp 6 juta per hektar,” tutur dia.
Upaya Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran dalam menggenjot neraca perdagangan surplus untuk meraup devisa dan mensejahterakan petani tidak ada henti-hentinya. Kali ini, Kementerian Pertanian (Kementan) kembali melepas ekspor bawang merah ke Singapura, Malaysia, Filipina dan Thailand sebanyak 1.000 ton dan ekspor jahe Gajah Bangladesh negara sebanyak 500 ton di Surabaya, Selasa (16/7/2019).
Pelepasan ekspor ini dilakukan Direktur Jenderal Hortikultura, Suwandi. Hadir Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura, Yasid Taufik dan para eksportir.
Suwandi mengatakan ekspor ini merupakan salah satu bukti nyata kebijakan pangan Mentan Amran terus berkomitmen mewujudkan kedaulatan pangan dan meningkatkan kesejahteraan petani serta menggenjot pertumbuhan ekonomi nasional melalui ekspor.
“Sesuai arahan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman, sejak tahun 2015 agar fokus meningkatkan produksi di daerah sentra dan memperluas kawasan pertanian, khususnya di luar Pulau Jawa dan wilayah perbatasan. Ekspor dan investasi harus didorong penuh agar pertumbuhan ekonomi semakin kuat dan masyarakat semakin sejahtera,” demikian dikatakan Suwandi pada pelepasan ekspor bawang merah dan jahe.
Suwandi menyebutkan melansir data BPS, sejak 2016 Indonesia menutup total kran impor bawang merah dan cabai segar. Sebelumnya tahun 2014 masih impor bawang merah sebanyak 74.903 ton dan selanjutnya tahun 2015 impor menurun drastis menjadi 17.428 ton.
“Namun demikian, di tahun 2017, Indonesia berhasil membalikkan keadaan dengan mulai mengekspor bawang merah ke beberapa negara tetangga mencapai 7.750 ton. Angka ini naik 93,5 persen dibandingkan pada 2016, yang ada di angka 736 ton,” sebutnya.
“Dan capaian produksi bawang merah nasional di tahun 2018 mencapai 1,5 juta ton atau naik 2.04% dari tahun 2017 yang hanya 1,47 juta ton,” pintanya.
Kemudian ekspor jahe pada Januari hingga Mei 2018 sebanyak 1.400 ton dan pada Januari hingga Mei 2019 naik menjadi 1.543 ton atau naik 10,2%. Patut menjadi catatan juga adalah kinerja ekspor sayuran, yakni pada periode Januari-Mei 2018 hanya 24.997 ton, namun periode Januari-Mei 2019 naik 33,3% atau menjadi 33.331 ton.
“Selama Bapak Mentan Amran, kami sudah mengekspor bawang merah ke 11 negara dan jahe ke 26 negara. Adapun 11 negara tujuan ekspor bawang merah yakni Jepang, Hongkong, Taiwan, Thailand, Singapore, Filipina, Malaysia, Vietnam, Timor Leste, UK, Netherlands,” beber Suwandi.
“Sementara 26 negara tujuan ekspor jahe meliputi Jepang, Hongkong, Korea, Taiwan, Tiongkok, Singapore, Filipina, Malaysia, Vietnam, India, Bangladesh, Iraq, Iran, UEA, Qatar, Australia, Timor Leste, USA, UK, Netherlands, France, Jerman, Belgia, Swiss, Czech dan Serbia,” sambungnya.
Perwakilan dari PT. Sian Liep Bumi Persada dan CV. Bawang Mas 99 selaku eksportir, Aman Buana Putra mengatakan ekspor 1.000 ton bawang merah ke Singapura, Filipina, Malaysia dan Thailand ini merupakan bukti nyata produksi bawang merah yang dihasilkan petani surplus. Tahun-tahun sebelumnya yaitu 2017 dan 2018, CV. Bawang Mas 99 telah mengekspor 1.000 hingga 2.000 ton bawang merah per tahun ke beberapa negara tetangga yaitu Singapura, Malaysia, Thailand, dan Filipina.
“Bawang merah yang kami ekspor ini dihasilkan petani. Bawang merah ini dihasilkan petani dari Probolinggo dan Bima Nusa Tenggara Barat. Jahe pun dihasilkan petani di Ponorogo dan Probolinggo. Kami beli dengan harga yang menguntungkan petani,” kata pria yang akrab disapa Aman.
“Kami optimis, ke depan volume ekspor bawang dan jahe semakin bertambah. Sebab Kementan di era Pak Mentan Amran fokus menambah sentra produksi dan petani semakin semangat karena perhatian Kementan sangat tinggi, baik bantuan benih maupun alat mesin pertanian,” imbuhnya.
Jahe termasuk komoditas hortikultura bernilai ekonomi cukup tinggi sebab memiliki banyak manfaat. Mulai sebagai bahan baku pembuatan minuman penghangat, bumbu dapur, penambah rasa atau penyedap makanan hingga bahan baku herbal.
Khusus jahe, lanjut Aman, luas lahan yang ditanami jahe selalu menunjukan peningkatan seiring minat para petani yang makin tinggi karena lebih menguntungkan. Sebagian besar budidaya jahe ditanam dengan sistem tumpangsari. Peluang untuk ekspor masih terbuka luas, permintaan jahe saat ini terutama berdatangan dari sejumlah negara. Diantaranya China, Bangladesh, Pakistan, Belanda dan Brunei Darussalam.
“Pembeli luar negeri lebih tertarik jahe dari Indonesia bila dibandingkan jahe dari Vietnam dan Thailand. Ini disebabkan kandungan minyak atsiri, pati dan serat jahe Indonesia lebih baik,” pungkas Aman.