JAKARTA – Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyuarakan peran penting pemulihan ekonomi di sektor kelapa sawit dalam pertemuan tingkat menteri Asean dengan Uni Eropa.
Menlu Retno mengatakan minyak kelapa sawit memegang peran penting dalam meraih Target Pembangunan Berkelanjutan/SDGs. Hal ini disampaikan dalam Pertemuan Tingkat Menteri Asean dan Uni Eropa ke-23 yang diselenggarakan secara virtual pada Selasa (1/12/2020).
Asia Tenggara merupakan penghasil minyak kelapa sawit terbesar di dunia dengan menyumbang 89 persen produksi dunia. Industri ini telah menyediakan 26 lapangan pekerjaan di kawasan. Lebih dari 40 persen perkebunan sawit dikelola oleh petani kecil di Asean.
“Permintaan Indonesia kepada Uni Eropa untuk memperlakukan minyak kelapa sawit secara adil adalah permintaan yang wajar,” tegas Menlu Retno seperti dikutip dari keterangan tertulis, Selasa (1/12/2020).
Di Indonesia, kata Retno, industri ini telah menekan angka kemiskinan sebesar 10 juta dan berkontribusi pada devisa sebesar US$23 miliar pada 2019.
“Indonesia tidak mengorbankan kelestarian lingkungan hanya untuk mengejar pembangunan ekonomi” imbuhnya lagi.
Komoditas ini bahkan mendukung pencapaian target pembangunan berkelanjutan Asean mengingat telah memberikan lapangan pekerjaan bagi 26 juta orang. Selain itu, 40 persen perkebunan sawit juga dikelola oleh petani kecil.
Jika dibandingkan dengan minyak nabati lainnya yang menggunakan lahan sebesar 278 juta hektar, kelapa sawit hanya menggunakan 17 juta hektar. Artinya, penggunaan lahan kelapa sawit memiliki hasil yang efektif dibandingkan minyak nabati lainnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, Komisi UE pada Maret 2019 meloloskan aturan pelaksanaan (delegated act) atas Renewable Energy Directive/ RED II. Dokumen tersebut menyimpulkan kelapa sawit mengakibatkan deforestasi besar-besaran secara global dan berencana menghapus secara bertahap penggunaan kelapa sawit hingga 0 persen pada tahun 2030.
Retno meminta Uni Eropa perlu menerapkan prinsip keadilan dalam isu ini. Pemulihan ekonomi pascapandemi dalam konteks perlindungan lingkungan hidup menjadi kepentingan dan komitmen bersama.
Dalam waktu dekat, Joint Working Group (JWG) yang akan membahas minyak nabati dalam konteks berimbang akan segera dimulai pada Januari 2021.
“Kemitraan Asean dan UE ke depan perlu terus menjunjung prinsip saling menguntungkan bagi kedua kawasan, setara dan non diskriminatif untuk dapat membangun peningkatan kemitraan Asean dengan UE yang strategis,” tutup Menlu.
Pertemuan ini dihadiri 10 Menlu Asean dan 23 menlu dari negara-negara Uni Eropa. Pertemuan ini juga membahas di antaranya pembahasan finalisasi CATA (Comprehensive Air Transport Agreement), implementasi dari Plan of Action 2018-2022, serta implementasi Joint Statement on Connectivity.